MAKALAH
“ EKONOMI KOPERASI”
NAMA:
ANUGRAH RIMBIT W (20216975)
KELAS:
2EB02
FAKULATS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS GUNADARMA
PTA 2017/2018
BAB
10
Kualitas
Pelyanan Kepada Anggota Koperasi
Hakikat pembangunan
nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional
diwujudkan dalam pembangunan di berbagai bidang dengan titik berat pada bidang
ekonomi, sedangkan pembangunan di bidang lain seperti politik, sosial, dan
budaya serta pertahanan dan keamanan bersifat sebagai penunjang dan pelengkap.
Negara-negara berkembang di dunia termasuk di Indonesia, menggunakan koperasi
sebagai salah satu instrumen untuk meningkatkan taraf hidup rakyatnya.
“Koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan“ (UU No 25 Tahun 1992).
Koperasi adalah lembaga ekonomi rakyat yang menggerakkan perekonomian rakyat
dalam memacu kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pertumbuhan usaha dan
produknya dari waktu ke waktu perlu selalu ditingkatkan.
Setiap perusahaan
selalu menjalani aktivitas bisnisnya untuk dapat memberikan nilai terbaik bagi
perusahaan dalam rangka pertumbuhan dan keselamatan. Konsumen adalah kata kunci
bagi kesuksesan sebuah perusahaan, untuk itu setiap perusahaan berusaha untuk
menyusun strategi untuk menarik mereka, sehingga mereka menjadi pembeli
produknya. Bukan hanya itu saja, perusahaan juga harus terus berupaya
memberikan pelayanan yang baik agar konsumen menjadi puas.
Menurut Budiarto dan
Dolly (2001: 12-17) “Ada tiga tingkat kepuasan pelanggan yaitu, pelanggan
sangat puas, pelanggan puas dan pelanggan tidak puas”.
§ Pelanggan
sangat puas, yaitu jika layanan yang diterima dari layanan yang diharapkan.
§ Pelanggan
puas, yaitu jika layanan yag diterima sama dengan layanan yang diharapkan.
§ Pelanggan
tidak puas, yaitu jika layanan yang diterima tidak sebagus layanan yang
diharapkan.
Menurut Rangkuti
(2006:45) ”Kepuasan nasabah merupakan respon nasabah terhadap ketidakpuasan
antara tingakat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya
setelah pemakain” . Kepuasan nasabah merupakan salah satu rahasia keberhasilan
suatu bisnis. Sekalipun demikian, masih banyak orang yang dengan sengaja atau
tidak sengaja melupakan hal ini. Banyak kegagalan bisnis terjadi karena nasabah
dikecewakan sehingga mereka mencari altrenatif ke produk sejenis lainnya.
Perusahaan yang berhasil
bertahan dalam perdagangan adalah perusahaan yang mampu memberikan kepuasan
kepada konsumen dan pelayanan yang lebih baik dari pesaingnya. Salah satu
faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas perusahaan adalah
kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada
pelanggannya. Kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen sekarang sudah menjadi
hal yang penting bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan pelanggan selalu mencari
nilai yang dianggap paling tinggi dari beberapa produk atau jasa yang ada.
Menurut Kotler
(2004:23) “Kualitas pelayanan merupakan bentuk penilaian konsumen terhadap
tingkat pelayanan yang diterima (perceived service) dengan tingkat pelayanan
yang diharapkan (expected service)” . Apabila pelayanan yang diterima atau
dirasakan sesuai dengan yang diharapkan,maka kualitas pelayanan dipersepsikan
baik dan memuaskan. Kepuasan yang telah terbentuk dapat mendorong konsumen
melakukan pembelian ulang dan nantinya akan menjadi pelanggan setia.
Menurut Amin
(2000: 21-25) “Salah satu strategi yang sampai saat ini masih dianggap handal
adalah menciptakan pelayanan terbaik bagi konsumen”. Dalam dunia bisnis,
khususnya yang bergerak dibidang jasa, kepuasan pelanggan merupakan elemen
penting dan menentukan dalam mempertahankan maupun menumbuh kembangkan
perusahaan. Demikian pula dengan bisnis perbankan termasuk didalamnya koperasi
dan lembaga keuangan lainnya merupakan bisnis jasa yang berdasar pada asas
kepercayaan, sehingga masalah kualitas layanan menjadi faktor penting dalam menentukan
keberhasilan bisnis ini.
Koperasi selalu
menyediakan produk yang bermacam-macam agar anggota menjadi puas. Untuk itu
koperasi selalu berusaha mengembangkan produknya agar konsumen menjadi
pelanggan setia dan tidak beralih ke produk atau koperasi lain. Untuk itu
koperasi harus selalu memperhatikan jenis produk yang dimilikinya.
Dalam mempertahankan
kelangsungan kegiatan koperasi agar tidak bangkrut koperasi ini membuat inovasi
agar anggota menjadi puas. Salah satu cara yang ditempuh oleh koperasi adalah
menawarkan bermacam-macam produk jasa antara lain:
§ pinjaman
untuk usaha
§ pinjaman
untuk kesehatan
§ pinjaman
dana talangan
§ simpanan
umum simpanan hari raya
§ simpanan
berjangka.
Menurut Tjiptono
(2005:43) ”Hanya perusahaan yang benar-benar berkualitas saja yang berlaku
mampu bersaing dalam pasar global” . Untuk memenagkan persaingan perusahaan
harus mampu memberikan kepuasan kepada konsumen atau nasabah, misalnya dengan
memberikan atau menawarkan produk bermutu tinggi dan berkualitas, harga lebih
murah, penyerahan produk yang lebih cepat, dan pelayanan yang lebih baik
daripada pesaingnya.
Koperasi Serba Usaha
Dana Mulia (KSU) berusaha memberikan pelayanan yang baik dan selalu
menawarkan produk jasa yang berkualitas agar anggota koperasi menjadi puas.
Koperasi telah berhasil mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam rangka
pembangunan nasional berdasarkan asas kekeluargaan. Oleh karena itu penulis
merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ PENGARUH KUALITAS
PELAYANAN DAN PRODUK YANG DITAWARKAN TERHADAP KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI SERBA
USAHA (KSU) DANA MULIA KARANGANYAR” .
Koperasi merupakan lembaga yang harus dikelola sebagaimana layaknya
lembaga bisnis. Di dalam sebuah lembaga bisnis
diperlukan sebuah pengelolaan yang efektif dan efisien yang dikenal dengan manajemen. Demikian jugadalam badan usaha
koperasi, manajemen merupakan satu hak
yang harus adademi terwujudnya tujuan yang diharapkan.
Manajemen
Strategi Pelayanan Kepada Anggota Koperasi
Koperasi merupakan lembaga yang harus dikelola sebagaimana layaknya
lembaga bisnis. Di dalam sebuah lembaga bisnis
diperlukan sebuah pengelolaan yang efektif dan efisien yang dikenal dengan
manajemen. Demikian juga dalam badan usaha koperasi, manajemen merupakan satu
hak yang harus ada demi terwujudnya tujuan yang diharapkan.
Prof. Ewell Paul
Roy mengatakan bahwa manajemen koperasi melibatkan 4 (empat)
unsur yaitu: anggota, pengurus, manajer, dan
karyawan. Seorang manajer harus bisa menciptakan kondisi yang
mendorong para karyawan agar mempertahankan produktivitas yang tinggi.
Karyawan merupakan penghubung antara manajemen dan anggota pelanggan
(Hendrojogi, 1997).
Menurut Suharsono
Sagir, sistem manajemen di lembaga koperasi harus mengarah
kepada manajemen partisipatif yang di dalamnya terdapat kebersamaan, keterbukaan, sehingga setiap
anggota koperasi baik yang turut dalam pengelolaan (kepengurusan
usaha) ataupun yang di luar kepengurusan (anggota biasa), memiliki rasa
tanggung jawab bersama dalam organisasi koperasi (Anoraga dan Widiyanti, 1992).
A.H. Gophar mengatakan
bahwa manajemen koperasi pada dasarnya dapat
ditelaah dan tiga sudut pandang, yaitu organisasi, proses,
dan gaya (Hendar dan Kusnadi, 1999).
Dari sudut pandang organisasi, manajemen koperasi pada prinsipnya terbentukdan
tiga unsur: anggota, pengurus, dan karyawan. Dapat dibedakan struktur atau alat
perlengkapan onganisasi yang sepintas adalah sama yaitu: Rapat Anggota,Pengurus,
dan Pengawas. Untuk itu, hendaknya dibedakan antara fungsi
organisasi dengan fungsi manajemen. Unsur pengawas seperti yang terdapat pada
alat perlengkapan organisasi koperasi, pada hakekatnya adalah merupakan
perpanjangan tangan dan anggota, untuk mendampingi pengurus dalam melakukan fungsi kontrol sehari-hari
terhadap jalannya roda organisasi dan usaha koperasi. Keberhasilan koperasi
tergantung pada kerjasama ketiga unsur organisasi
tersebut dalam mengembangkan organisasi dan usaha koperasi, yang
dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada anggota. Dan sudut pandang proses, manajemen koperasi lebih
mengutamakan demokrasi
dalam pengambilan keputusan. Istilah satu orang satu suara (one man one vote) sudah
mendarah daging dalam organisasi koperasi.
Karena itu, manajemen koperasi ini sering dipandang kurang efisien,
kurang efektif, dan sangat mahal.
Pelaksanaan
Strategi
Menurut
Jatmiko (2003) strategi adalah suatu cara dimana organisasi
akan mencapai tujuan-tujuannya sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman
lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan
kemampuan internal organisasi. Sedangkan Definisi strategi yang dikemukakan oleh Chandler dalam Rangkuti (2007)menyebutkan
bahwa strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu
perusahaan, serta pendayagunaan dan
alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan
tersebut.
Pengertian strategi pada prinsipnya
berkaitan dengan persoalan:
§ Kebijaksanaan pelaksanaan
§ Penentuan tujuan yang
hendak dicapai
§ Penentuan
cara-cara atau metode penggunaan sarana-sarana tersebut.
Strategi selalu
berkaitan dengan tiga hal utama, yaitu: tujuan, sarana dan cara. Untuk menetapkan
sasaran startegis digunakan metode SMART (sebagai singkatan
dari specific, measureable, achievable, relevant, dan timed). Oleh karena itu, startegi perlu
didukung oleh kemampuan untuk mengantisipasi kesempatan atau peluang yang ada.
Menurut David (2009)
Proses Manajemen Strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu: formulasi strategi,
impelentasi strategi, dan evaluasi strategi. Tahap formulasi strategi
terdiri dari tahap pengembangan visidan misi, mengidentifikasi peluang dan
ancaman eksternal perusahaan, menentukan kekuatan dan kelemahan
internal,menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu yang akan
dilaksanakan.
Strategi yang dapat digunakan dalam
menjalankan koperasi yaitu dengan menggunakan strategi SWOT,
§ Strategi SO, Mengembangkan strategi
promosi yang dapat meningkatkan penjualan pembinaan dan pelatihan kopeasi pembinaan
dan pelatihan koperasi & UKM oleh pemerintah dan berkembnagnya
teknologi informasi dan komunikasi untuk melakukan promosi kepada para target
pasar.
§ Strategi
WO, Mengembangkan kemampuan anggota peningkatan produktivitas anggota
dalam menjalankan aktivitas organisasi dapat ditingkatkan
melalui program-program pelatihan yang dilakukan oleh
pemerintah dan anggota koperasi.
Pelatihan bagi anggota merupakan sebuah proses mangajari
pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar anggota semakin terampil
dan mampu melaksanakan tanggung jawab dengan semakin baik.
§ Strategi ST, Meningkatkan
sistem manajemen pengendalian persediaan untuk menghindari persaingan
harga. Sistem manajemen pengendalian persediaan dimulai dari peramalan
harga dan peramalan permintaan,
penentuan pemasok,waktu pemesanan, jumlah pemesanan, harga jual sampai
dengan perhitungan-perhitungan biaya seperti biaya penyimpanan,
biaya pemesanan atau pembelian biaya penyiapan, ataupun biaya kehabisan
atau kekurangan bahan.
§ Strategi
WT, Menerapkan
sistim manajemen informasi yang terpadu. Menerapkan sistem informasi manajemen yang terpadu dapat meminimalkankelemahan yang
ada seperti dapat meminimalkan biaya-biaya yang tidak diinginkan seperti
keugian akibat keputusan yang kurang tepat.
Evaluasi
dan Kontrol
Bidang
efektivitas organisasi yakni merumuskan dan mengukur faktor-faktor evaluasi
sangat kompleks. Memilih sejumlah faktor sebagai dasar untuk mengevaluasi
bukanlah masalah yang mudah. Berbagai kriteria dapat digunakan dengan tepat,
tergantung pada tujuan evaluasi seperti yang ditunjukkan kelima jenis
pendekatan pengendaliannya. Mengevaluasi isi dan proses strategi serta rencana
harus berperan dalam sistem. Artinya, evaluasi diasumsikan secara khas sebagai
cara atau metode untuk mengetahui apakah isi strategi bekerja atau tidak
bekerja. Berikut adalah kriteria penilaian dalam mengevaluasi suatu strategi:
1. Kriteria kuantitatif
Dalam mencoba mengevaluasi strategi perusahaan secara kuantitatif, dapat dilihat dengan bagaimana prestasi perusahaan dibandingkan dengan apa yang dilakukan di masa lampau, atau membandingkannya dengan para pesaingnya dalam hal seperti laba bersih, harga saham, tingkat dividen, laba per lembar saham, hasil pengembalian atas modal, hasil pengembalian atas ekuitas, pangsa pasar, pertumbuhan penjualan, dan lain sebagainya. Selain faktor tersebut, banyak faktor-faktor lain yang mungkin terlihat. Tentu saja, faktor dan ukuran keberhasilan dapat jauh berbeda untuk perusahaan lain tergantung pada tujuan dan strategi. Contohnya, cara yang biasa digunakan para eksekutif untuk memantau pabrikasi sering kali mengandalkan ukuran perputaran persediaan. Ini dapat diterima jika strateginya mengandalkan pengukuran keluaran operasi produksi jangka panjang.
Sebagian besar, tolak ukur ini bersifat internal. Tetapi penilaian objektif dapat juga dibuat dengan membandingkan keberhasilan perusahaan dengan keberhasilan perusahaan lain yang sejenis. Hal ini adalah suatu aspek penting penilaian tentang kekuatan dan kelemahan, sebagai masukan untuk mengembangkan keunggulan bersaing.
Pendekatan lainnya adalah menanyakan kepada ahli tentang perusahaan yang paling berhasil, hal ini adalah pendekatan subjektif. Baik pendekatan objektif maupun pendekatan subjektif terhadap pengukuran, menjadi semakin sukar bila kriteria yang digunakan untuk menilai suatu keberhasilan lebih dari satu.
2. Kriteria kualitatif
Telah dikemukakan bahwa penilaian subjektif dapat dicakupkan dengan evaluasi pasca-fakta. Beberapa kriteria kualitatif dapat juga digunakan di sini untuk tujuan tersebut. Bahkan seperti dikemukakan sebelumnya, penilaian subjektif untuk memastikan bahwa strategi yang dijalankan memang tepat. Tetapi kriteria disini cenderung lebih tepat untuk mengkaji rencana secara menyeluruh sebelum perusahaan diminta mengubah arah atau menjalankan strategi. Serangkaian pertanyaan kualitatif diajukan untuk setiap kriteria ini. Pertanyaan dasarnya adalah apakah tujuan, strategi, dan rencana terpadu dan komprehensif sudah konsisten, tepat, dan dapat berjalan (workable).
a. Konsistensi
Apakah rencana yang terpadu dan komprehensif sudah konsisten dengan tujuan, asumsi lingkungan, dan kondisi internal?
b. Ketepatan
Apakah rencana yang terpadu dan komprehensif sudah memperoleh sumber daya yang diperlukan, preferensi resiko, dan wawasan waktu.
c. Workable
Apakah rencana yang terpadu dan komprehensif layak dan memberikan simulasi terhadap perusahaan?
Proses Pengendalian/Kontrol
adalah untuk memastikan sampai sejauh mana suatu perusahaan itu berjalan. Prosesnya yaitu membandingkan beberapa kinerja pada hasil yang telah dicapai untuk selanjutnya mengambil tindakan perbaikan jika diperlukan.
a) Menentukan apa yang diukur.
Manajer puncak dan operasional dalam suatu perusahaan perlu menentukan proses implementasi dan hasil-hasil yang akan dipantau. Proses dan hasil tersebut harus dapat diukur dalam cara yang objektif dan konsisten.
Secara ‘tradisional’ banyak perusahaan bahwa mengevaluasi strategi hanya menilai bagaimana kinerja perusahaan. Apakah aset meningkat? Apakah provit meningkat? Apakah produktivitas meningkat? Bagaimana dengan Return on Investment?
Banyak yang beranggapan indikator-indikator tersebut memuaskan/ berjalan sebagaimana mestinya. Namun, cara-cara tersebut terkadang membuat kita misleading. Karena fokus perusahaan tidak hanya jangka pendek, namun juga jangka panjang yang tidak hanya fokus pada analisis tersebut saja, kita juga membutuhkan analisis lain seperti pelanggan, stakeholder, SDM, dll.
b) Menetapkan standar kinerja.
Standar kinerja merupakan sasaran strategis atas hasil kerja yang dapat diterima. Penentuan standar kinerja tidak hanya pada hasil akhir namun juga pada prosesnya.
c) Mengukur kinerja aktual.
Pengukuran dilakukan saat awal penentuan standar.
d) Membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan.
Proses-proses akan berakhir jika telah sesuai standar atau terdapat penyimpangan yang masih dapat diterima (rentang toleransi).
e) Mengambil tindakan perbaikan.
Tindakan perbaikan dilakukan jika hasilnya memang sudah tidak bisa di toleransi. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum perbaikan:
- Apakah penyimpangan suatu kebetulan?
- Apakah proses yang berjalan tidak berfungsi dengan baik?
- Apakah proses yang berjalan sesuai standar?
Tindakan perbaikan tidak hanya untuk memperbaiki penyimpangan yang terjadi, namun juga untuk mencegah kejadian tersebut agar tidak terulang kembali.
1. Kriteria kuantitatif
Dalam mencoba mengevaluasi strategi perusahaan secara kuantitatif, dapat dilihat dengan bagaimana prestasi perusahaan dibandingkan dengan apa yang dilakukan di masa lampau, atau membandingkannya dengan para pesaingnya dalam hal seperti laba bersih, harga saham, tingkat dividen, laba per lembar saham, hasil pengembalian atas modal, hasil pengembalian atas ekuitas, pangsa pasar, pertumbuhan penjualan, dan lain sebagainya. Selain faktor tersebut, banyak faktor-faktor lain yang mungkin terlihat. Tentu saja, faktor dan ukuran keberhasilan dapat jauh berbeda untuk perusahaan lain tergantung pada tujuan dan strategi. Contohnya, cara yang biasa digunakan para eksekutif untuk memantau pabrikasi sering kali mengandalkan ukuran perputaran persediaan. Ini dapat diterima jika strateginya mengandalkan pengukuran keluaran operasi produksi jangka panjang.
Sebagian besar, tolak ukur ini bersifat internal. Tetapi penilaian objektif dapat juga dibuat dengan membandingkan keberhasilan perusahaan dengan keberhasilan perusahaan lain yang sejenis. Hal ini adalah suatu aspek penting penilaian tentang kekuatan dan kelemahan, sebagai masukan untuk mengembangkan keunggulan bersaing.
Pendekatan lainnya adalah menanyakan kepada ahli tentang perusahaan yang paling berhasil, hal ini adalah pendekatan subjektif. Baik pendekatan objektif maupun pendekatan subjektif terhadap pengukuran, menjadi semakin sukar bila kriteria yang digunakan untuk menilai suatu keberhasilan lebih dari satu.
2. Kriteria kualitatif
Telah dikemukakan bahwa penilaian subjektif dapat dicakupkan dengan evaluasi pasca-fakta. Beberapa kriteria kualitatif dapat juga digunakan di sini untuk tujuan tersebut. Bahkan seperti dikemukakan sebelumnya, penilaian subjektif untuk memastikan bahwa strategi yang dijalankan memang tepat. Tetapi kriteria disini cenderung lebih tepat untuk mengkaji rencana secara menyeluruh sebelum perusahaan diminta mengubah arah atau menjalankan strategi. Serangkaian pertanyaan kualitatif diajukan untuk setiap kriteria ini. Pertanyaan dasarnya adalah apakah tujuan, strategi, dan rencana terpadu dan komprehensif sudah konsisten, tepat, dan dapat berjalan (workable).
a. Konsistensi
Apakah rencana yang terpadu dan komprehensif sudah konsisten dengan tujuan, asumsi lingkungan, dan kondisi internal?
b. Ketepatan
Apakah rencana yang terpadu dan komprehensif sudah memperoleh sumber daya yang diperlukan, preferensi resiko, dan wawasan waktu.
c. Workable
Apakah rencana yang terpadu dan komprehensif layak dan memberikan simulasi terhadap perusahaan?
Proses Pengendalian/Kontrol
adalah untuk memastikan sampai sejauh mana suatu perusahaan itu berjalan. Prosesnya yaitu membandingkan beberapa kinerja pada hasil yang telah dicapai untuk selanjutnya mengambil tindakan perbaikan jika diperlukan.
a) Menentukan apa yang diukur.
Manajer puncak dan operasional dalam suatu perusahaan perlu menentukan proses implementasi dan hasil-hasil yang akan dipantau. Proses dan hasil tersebut harus dapat diukur dalam cara yang objektif dan konsisten.
Secara ‘tradisional’ banyak perusahaan bahwa mengevaluasi strategi hanya menilai bagaimana kinerja perusahaan. Apakah aset meningkat? Apakah provit meningkat? Apakah produktivitas meningkat? Bagaimana dengan Return on Investment?
Banyak yang beranggapan indikator-indikator tersebut memuaskan/ berjalan sebagaimana mestinya. Namun, cara-cara tersebut terkadang membuat kita misleading. Karena fokus perusahaan tidak hanya jangka pendek, namun juga jangka panjang yang tidak hanya fokus pada analisis tersebut saja, kita juga membutuhkan analisis lain seperti pelanggan, stakeholder, SDM, dll.
b) Menetapkan standar kinerja.
Standar kinerja merupakan sasaran strategis atas hasil kerja yang dapat diterima. Penentuan standar kinerja tidak hanya pada hasil akhir namun juga pada prosesnya.
c) Mengukur kinerja aktual.
Pengukuran dilakukan saat awal penentuan standar.
d) Membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditetapkan.
Proses-proses akan berakhir jika telah sesuai standar atau terdapat penyimpangan yang masih dapat diterima (rentang toleransi).
e) Mengambil tindakan perbaikan.
Tindakan perbaikan dilakukan jika hasilnya memang sudah tidak bisa di toleransi. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum perbaikan:
- Apakah penyimpangan suatu kebetulan?
- Apakah proses yang berjalan tidak berfungsi dengan baik?
- Apakah proses yang berjalan sesuai standar?
Tindakan perbaikan tidak hanya untuk memperbaiki penyimpangan yang terjadi, namun juga untuk mencegah kejadian tersebut agar tidak terulang kembali.
Karakter Evaluasi dan Kontrol
Ada beberapa karakter yang membuat evaluasi strategi kita menjadi efektif. pada bagian ini kita akan membahas tiga karakter utama agar aktivitas evaluasi tidak berlangsung dengan sia-sia, yaitu:
1. Ekonomikal. Aspek yang kita perlukan dalam evaluasi ini adalah informasi atas kinerja yang indikatornya sudah diterapkan terlebih dahulu. Ketika informasi yang didapat lengkap maka akan semakin baik.
2. Aspek yang bermakna. Tindakan evaluasi yang akan kita lakukan harus sesuai dengan tujuan yang telah kita tetapkan. Karena itulah yang merupakan penentuan prioritas, kriteria kerja dalam penilaian, pembobotan yang akurat menjadi penting dalam evaluasi kerja.
3. Tepat waktu. Evaluasi yang dilakukan dilakukan tepat pada waktunya, karena itu perusahaan dalam situasi persaingan bisnis sekarang harus memanfaatkan dukungan teknologi informasi. Berbagai persoalan terkait degan kemutakhiran informasi untuk pengawasan kini bisa dipecahkan dengan dukungan teknologi.
Untuk menggambarkan karakter ini kita bisa mencontohkan lewat perusahaan perkebunan, misalnya, yang memiliki kebun di remote area, di kawasan jauh dari dari perkotaan memiliki perangkat teknologi untuk memantau perkembangan pengelolaan kebun. Mereka memiliki foto dari satelit untuk informasi rinci seperti beberapa tanaman yang ada di sejumlah luas lahan tertentu. Dari informasi yang di input setiap hari, manajemen di kota-kota besar seperti Jakarta dapat mengetahui perkembangan taman-taman dalam waktu yang cepat sekali. Contoh lain bisa juga seperti BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), dimana BMKG memiliki perangkat teknologi untuk memantau dan meramal segala aktivitas mulai cuaca, iklim, hingga seluruh perkembangan sifat alami bumi dan gejalanya. Karena BMKG memiliki foto dari satelit untuk informasi rinci mengenai segala aktivitas di bumi Indonesia dan sekitarnya serta memiliki rekaman satelit pada masing-masing wilayah Indonesia.
Ada beberapa karakter yang membuat evaluasi strategi kita menjadi efektif. pada bagian ini kita akan membahas tiga karakter utama agar aktivitas evaluasi tidak berlangsung dengan sia-sia, yaitu:
1. Ekonomikal. Aspek yang kita perlukan dalam evaluasi ini adalah informasi atas kinerja yang indikatornya sudah diterapkan terlebih dahulu. Ketika informasi yang didapat lengkap maka akan semakin baik.
2. Aspek yang bermakna. Tindakan evaluasi yang akan kita lakukan harus sesuai dengan tujuan yang telah kita tetapkan. Karena itulah yang merupakan penentuan prioritas, kriteria kerja dalam penilaian, pembobotan yang akurat menjadi penting dalam evaluasi kerja.
3. Tepat waktu. Evaluasi yang dilakukan dilakukan tepat pada waktunya, karena itu perusahaan dalam situasi persaingan bisnis sekarang harus memanfaatkan dukungan teknologi informasi. Berbagai persoalan terkait degan kemutakhiran informasi untuk pengawasan kini bisa dipecahkan dengan dukungan teknologi.
Untuk menggambarkan karakter ini kita bisa mencontohkan lewat perusahaan perkebunan, misalnya, yang memiliki kebun di remote area, di kawasan jauh dari dari perkotaan memiliki perangkat teknologi untuk memantau perkembangan pengelolaan kebun. Mereka memiliki foto dari satelit untuk informasi rinci seperti beberapa tanaman yang ada di sejumlah luas lahan tertentu. Dari informasi yang di input setiap hari, manajemen di kota-kota besar seperti Jakarta dapat mengetahui perkembangan taman-taman dalam waktu yang cepat sekali. Contoh lain bisa juga seperti BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), dimana BMKG memiliki perangkat teknologi untuk memantau dan meramal segala aktivitas mulai cuaca, iklim, hingga seluruh perkembangan sifat alami bumi dan gejalanya. Karena BMKG memiliki foto dari satelit untuk informasi rinci mengenai segala aktivitas di bumi Indonesia dan sekitarnya serta memiliki rekaman satelit pada masing-masing wilayah Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar